Jalan hidup memang sulit ditebak. Husin Yazid mengetahui persis hal itu. Sempat terpikir bakal menjadi atlit atau bekerja dibidang teknik, dia justru jadi peneliti bidang sosial dan politik. Buat pemuda Betawi, nama Husin Yazid mungkin, pria kelahiran Desa Tanjung Atap, Indralaya, Sumatera Selatan, 25 Juli 1968 lalu, pernah mendapat penganugerahan anggota kehormatan Forum Pemuda Betawi.
“Penghargaan itu diberikan langsung oleh Fauzi Bowo. Saya di anggap berprestasi,” ujarnya. Salah satunya berkat kiprahnya di Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis). Husin, panggilan akrabnya, adalah direktur eksekutif di lembaga tersebut. Yang didirikan sejak 2006 lalu, bersama rekannya dari UI.
Sebelum menjadi orang nomer satu di lembaga tersebut, Husin ingin berkarier di bidang olah raga. Maklum dia sendiri pernah menjadi atlit. Walaipun untuk tingkat Pekan Olah Raga Mahasiswa ( POM ). “ Atlit lari jarak menengah dan maraton. Mewakili DKI Jakarta saat POM pertama di yogya, kedua di Surabaya dan ketiga di medan,” jelasnya.
Saat berkiprah di POM kedua, Husin menorehkan prestasi. Dia menyabet peringkat kedua. “ Dari situ saya mulai berpikir untuk menjadi atlit profesional atau pelatih. Namun seiring perjalanan hidup, saya tidak jadi ksana,” jelasnya.
Husin memutuskan konsentrasi kuliah. Diapun termasuk mahasiswa yang nilainya diatas rata – rata. Dia juga dikenal aktif melakikan sejumlah penelitian. Hingga pada tahun 1993 diminta menjadi asisten dosen. “Masih kuliah jadi AsDos. Sempet kepikiran jadi dosen. Disamping bekerja dibidang teknik. Sebab Kuliah S1 saya dibidang teknik,”
Melanjutkan S2, Husin mengambil studi tentang Ekonomi Lingkungan. Ilmu sosial, politik dan ekonomi ternyata lebih saya sukai, kandidat doktor untuk program kebijakan publik itu, “Saat hampir menyelesaikan kuliah, saya juga sudah terlibat aktif dengan berbagai macam penelitian. Bergabung dengan Lembaga Pusat Penelitian Pranata Pembangunan UI. Juga dengan Lembaga Pengembangan Ekonomi Masyarakat UI yang saat itu dipimpin oleh Sri Mulyani,” bebernya.
Puncaknya, pada akhir 2004 lalu, Husin mengaku mendapat kejenuhan. Selain itu agar bisa lepas, dia juga berniat membuat Lembaga Penelitian sendiri. ‘ akhirnya pada 2006 lalu, bersama dengan lima orang temannya dari UI, kita mendirikan Puskaptis,’ jelasnya.
Sayangnya, satu persatu rekannya banyak yang rontok di tengah jalan. Penyebabnya, order yang sepi dan kesibukan rekan lainnya. “ Tapi saya putuskan untuk tetap terus berkiprah di Puskaptis,“ beber Husin. Pilihannya tidak sia sia. Lembaga mulai dikenal. Terutama di Jakarta.
“ Saat itu kita mengeluarkan analis program busway. Yang kala itu tidak dilengkapi Amdal,” terangnya. Setelah hanya menrlurkan hasil analis dan kevijakan pemerintah, Husi mule tertarik dengan Politik Praktis.
“ Saya mulai melihat prospek dalam hal survey politik praktis. Pilkada DKI, merupakan pertama kalinya kita melakukan survey politik,” ujarnya. Hal itu kemudian berkelanjutan. Dia juga melakukan hal yang sama yang sama didaerah lain. ‘ Seperti di Pilkada Banten, Lampung, jawa Tengah, JAWA Barat dan sebagainya,” jelasnya.
Lama berkutat dengan survey politik, dia ahkirnya juga diminta mrnjadi konsultan politik. Banyak calon girbernur dan calon bupati atau walikota yang memakai jasa saya, Berhasil memenangi pemilihan di daerahnya masing – masing.
(INDOPOS tgl. 11 Mei 2009, Senin)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar